Kepemimpinan Dalam
Buddhisme
Dalam Khuddaka
Nikāya – Jātaka Pāli V. 378 yang berisikan tentang kisah-kisah kelahiran
Buddha diceritakan mengenai Dasa-Rāja
Dhamma, yaitu sepuluh macam Dhamma untuk seorang raja atau pemimpin.
Kesepuluh hal tersebut dapat dijadikan kriteria atau tolak ukur bagi seorang
pemimpin, baik itu untuk menjadi pemimpin maupun untuk memilih pemimpin.
Kesepuluh hal tersebut adalah:
1. Däna (Kemurahan Hati)
Sebagai pemimpin harus memiliki sifat murah hati, mau memberi, dan
menolong. Tidak pilih-pilih terhadap siapa yang akan ditolongnya.
2. Sīla (Memiliki Moral Atau Melaksanakan Sīla)
Memiliki moral yang baik, sehingga dapat menjadikan dirinya sebagai
teladanatau panutan. Dapat dilakukan dengan menjalankan sīla (mengindari pembunuhan, pencurian, asusila, berkata tidak
benar, dan minum minuman keras).
3. Pariccāga (Rela Berkorban)
Sorang pemimpin harus mau mengorbankan kesenangan pribadi untuk
kepentingan orang banyak, arinya tidak mementingkan diri sendiri, dan
mengkedepankan ego. Mau berkorban disini adalah mau berkorban materi, tenaga,
pikiran, dan terutama waktu.
4. Ājjava (Ketulusan Hati)
Ketulusan hati disini berari seorang pemimpin harus memiliki kejujuran
berusaha menghindari ucapan tidak benar, bohong, atau menipu (musāvādā), dalam hal ini termaksud
korupsi dan pencitraan diri agar dipandang baik.
5. Maddava (Ramah Tamah)
Seorang pemimpin harus mampu bersikap ramah, ramah tamah dalam arti ia mau
diajak untuk berunding dan bertukar pikiran, terlebih lagi ia mau menerima
pendapat orang lain.
6. Tapa (Kesederhanaan)
Memiliki kesederhanaan baik dalam ucapan atau perbuatan jasmani (tingkah
laku). Seorang pemimpin yang memiliki kesederhanaan tersebut akan mendapatkan
tanggapan baik dari masyarakat.
7. Akkodha (Tidak Pemarah)
Bebas dari kebencian dan tidak menyimpan dendam, hendaknya seorang
pemimpin membangun sifat demikian sehingga ia akan menciptakan kedamaian, baik
bagi dirinya dan lingkungannya.
8. Avihiṁsā (Tidak Melakukan Kekerasan)
Seorang pemimpin harus memimpin dengan tanpa kekerasan, baik itu melalui
jasmani atau ucapan, dan berusaha tidak menghancurkan anggotanya.
9. Khanti (Kesabaran)
Seorang pemimpin dalam kepemimpinannya harus diiringi dengan sikap sabar
dan telaten dalam memimpin dan dalam setiap permasalahan yang ada dalam
kepemimpinannya.
10. Avirodhana (Tidak Bertentangan Dengan Kebenaran)
Artinya seorang pemimpin harus mampu melaksanakan aturan-aturan yang ada
pada tempat ia memimpin, yang dimana aturan-aturan tersebut menjadi dasar
kebenaran dalam ruang lingkup kepemimpinannya.
Itulah kesepuluh hal yang dapat dijakdikan sebagai
kriteria atau tolak ukur seorang pemimpin dalam Agama Buddha. Kesepuluh hal
tersebut juga salaing berkaitan satu dengan yang lainnya, artinya ketika
seorang pemimpin memiliki sifat murah hati, ia tentu akan memiliki moral yang
baik, moral yang baik tentu mendorong ia
untuk rela berkorban, rela berkorban yang ia miliki karena moral yang baik akan
tentu didasari oleh ketulusan, dari ketulusan yang ia miliki disetiap
pekerjaannya tentu mebangun keramahan sikap, orang yang ramah tentu
kesederhanaan yang dibangunnya, orang yang memiliki moral, tulus, murah hati
tentu akan menghindari sifat marah dan kekerasan dalam kehidupannya, sabar
jelas ada didalamnya dan apapun yang dilakukan pasti sesuai dengan dasar
kebenaran yang ada.
Kesepuluh hal tersebut jika terdapat dalam diri
seorang pemimpin, tentu akan membawa kepemimpinannya menuju kesuksesan dan
keberhasilan dari pencapaian tujuan-tujuannya. Pemimpin yang baik tentu bukan
pemimpin yang berusaha membuang tujuan-tujuan awalnya, tetapi tentu ia berusaha
dengan keras untuk mencapai tujuannya terlebih lagi tujuan tersebut adalah
tujuan yang membawa keuntungan bagi orang banyak, membawa kesejahteraan dan
kemajuan. Dengan demikian untuk memilih seorang pemimpin kesepuluh hal tersebut
dapat dijadikan sebagai kriteria dalam memilih calon pemimpin. Jadi untuk apa
kita takut dalam memilih pemimpin, jika kita sudah tahu bagaimana ciri-ciri
pemimpin yang baik sesuai dengan ajaran Agama Buddha. Dan tentunya bagi calon
pemimpin, untuk terpilih dan dapat sukses dalam kepemiminannya peganglah dengan
tekad kuat dan dengan semangat (Viriya)
kesepuluh hal tersebut, maka apa yang menjadi tujuan dasar dan cita-cita yang
diharapkan akan terlaksana dan didapat dengan baik, tentu setelah didapat
haruslah dirawat sesuai dengan Dhamma, sesuai dengan kesepuluh hal itu juga.